Sabtu, 17 September 2016

Jangan terburu-buru mendoakan anakmu ketika sedang marah



Bismillah.. Kutuliskan kisah ini dengan airmata yang membanjir...
Suatu hari saya sedang membersihkan rumah, tiba-tiba anak lelaki saya datang, ia masih kecil waktu itu, ia menjatuhkan satu hiasan yang terbuat dari kaca dan pecah. Saya benar-benar marah ketika itu, karena hiasan itu amat mahal harganya, hadiah istimewa dari ibu yang saya jaga dengan sangat baik. Karena terlalu marah, saya kehilangan kontrol dan melontarkan kata-kata: “Semoga kamu tertimpa dinding bangunan dan tulang belulangmu hancur”
Beberapa tahun berlalu, saya lupa akan doa itu, sayapun tidak menganggapnya penting, dan saya tidak tahu bahwa ternyata doa itu telah naik keatas langit. Anak lelakiku dan saudara-saudarinya yang lain semakin besar, rasanya dialah yang paling saya cintai dari anak-anakku yang lain. Dialah yang paling saya khawatirkan. Ia pula yang paling berbakti kepadaku dibanding yang lain. Dia telah tamat belajar, bekerja dan sudah waktunya untuk saya mencarikannya pasangan. Dan diperolehlah pasangan hidup buatnya.
Ayah pasangannya memiliki sebuah gedung tua yang hendak direnovasi. Maka pergilah anakku bersama ayahnya ke gedung itu. Para pekerja sudah bersiap-siap untuk merenovasinya. Ditengah aktivitas pekerjaan, anakku pergi agak jauh dari yang lainnya, para pekerja tidak tahu ada ia disana, bangunan yang sengaja dirobohkan untuk di renovasi itu jatuh menimpanya.
Anakku berteriak hingga suaranya tidak terdengar lagi, semua pekerja berhenti, mereka ketakutan dan kuatir. Mereka kemudian menyingkirkan dinding yang menghimpit anakku itu dengan susah payah dan segera memanggil ambulans. Mereka tidak bisa mengangkat badan anakku. Ia remuk, seperti kaca yang jatuh, pecah berkeping-keping. Mereka membawanya dengan amat sulit dan segera memindahkannya untuk pertolongan lebih lanjut… Ketika ayahnya menghubungi saya untuk mengabarkan itu. Seakan Allah menghadirkan kembali apa yang telah saya doakan untuknya dahulu ketika ia kecil
Saya menangis hingga jatuh pingsan. Ketika sadar saya berada di rumah sakit Dan saya meminta untuk melihat anak saya. Ketika melihatnya, saya berucap: Ya Rabb, andaikan aku tidak melihatnya dalam keadaan seperti itu… saya melihatnya, Seakan-akan Allah berkata : Nih. ini doamu kan? Sudah saya kabulkan setelah sekian lama: Doa orang tua itu mustajab dan sekarang aku akan mengambilnya.
Seketika itu juga jantung saya seakan berhenti berdetak, Anak saya menghembuskan nafas terakhirnya. Sembari berteriak dan menangis saya berkata: Andaikan ia hidup lagi, tidaklah mengapa jika dia hancurkan seluruh perabot rumah, asalkan saya tidak kehilangan dia. Andaikan lidah saya ini terpotong dan tidak mendoakan yang sedemikian..andaikan ruhku pun turut bersamamu nak,,hingga saya bisa beristirahat dari kepedihan yang saya rasakan sepeninggalmu, andaikan, andaikan dan banyak andaikan yang sudah tiada berguna.
***
Pesan untuk semua ibu: Jangan terburu-buru mendoakan anakmu ketika sedang marah, apalagi doa yang buruk. Berlindunglah kepada Allah dari godaan setan. Jika anda ingin memukulnya, pukul saja, tapi jangan mendoakannya dengan doa yang tidak baik, sehingga kalian akan menyesal seperti saya. Semarah apapun anda, doakan anak anda menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar